Saturday, February 12, 2011

mengapa menyebut diri berkeTuhanan Yang Maha Esa



Sepertinya baru kemarin kita merasakan persaudaraan yang erat ketika terjadi bencana di mentawai dan bencana merapi di yogyakarta, hampir semua masyarakat Indonesia yang ada di negeri ini dan diluar negeri sana bersama-sama dan beramai-ramai up date twitter dan facebook dengan status turut berduka kepada para korban bencana alam dan mengirimkan bantuan berupa dana dan barang-barang yang diperlukan dan setiap pemeluk agama yang adalah masyarakat Indonesia memanjatkan pokok doa yang sama, yaitu berdoa bagi keadaan negeri ini yang mengalami hal-hal yang begitu berat (bahkan artis-artis hollywood berdoa bagi ibu pertiwi kita).

          Setelah persaudaraan kita terasa lebih erat lewat kejadian yang memilukan itu, kita kembali dipersatukan dengan semangat yang berapi-api ketika berlangsungnya pertandingan AFF yang membawa TimNas kebanggaan kita menjadi runner up,  saling menyemangati dan menguatkan sepanjang pertandingan berlangsung di setiap tahapan bahkan disaat kegagalan mendapat juara pertama pun setiap masyarakat tetap menyatakan kecintaan dan kebanggaanya terhadap Indonesia dan khususnya kepada TimNas, kita merasa begitu merasa sedarah, merasa begitu sepaham, merasa begitu satu spirit untuk bangsa kita tercinta ini...


PANCASILA :
1. KeTuhan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


          Namun sepertinya semua rasa persaudaraan itu menguap begitu saja, seperti tanpa ada bekas, sepertinya hal itu semua terjadi pada bangsa lain bukan di negeri dimana kita berada sekarang, terlalu berbeda dengan kenyataan yang terjadi sekarang, terlalu...terlalu...terlalu...memilukan dibandingkan dengan bencana alam yang terjadi, dibandingkan kekalahan TimNas kita saat melawan Tim Malaysia di negeri sendiri.

          Bukannkah kita menyebut diri kita, bangsa yang begitu memegang idealisme begitu kuat bahkan setiap senin di pagi hari selama bertahun-tahun setiap kita yang merasakan bangku pendidikan sudah didoktrin dengan idealisme itu dengan tujuan agar setiap kita menjadi masyarakat yang memiliki nilai-nilai nasionalisme yang luhur dan penuh budi pekerti itu.
          Tapi itupun sepertinya tidak membentuk setiap pribadi menjadi berkeTuhanan, berkemanusiaan, bersatu, berkerakyatan dan kerkeadilan. Entah apa yang salah? Apakah salah setiap pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan? Apakah salah para pahlawan tanpa tanda jasa itu? Apakah salah kegiatan setiap senin di pagi hari itu? Atau salah setiap kita yang tidak mampu menyerap idealisme itu? Atau terlalu idealis kah idealisme itu? Sampai begitu sulit setiap kita melaksanakannya....


Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah sampailah pada saat yang BERBAHAGIA...


Entah kapan saat berbahagia berkeTuhanan Yang Maha Esa itu terwujud...
Entah kapan saat berbahagia berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat itu terwujud...
Entah kapan saat berbahagia itu ber-persatuan itu terwujud...
Entah kapan saat berbahagia berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan itu terwujud...
Entah kapan saat berbahagia keadilan sosial bagi seluruh rakyat itu terwujud...

Karena bila suatu saat itu semua terwujud...maka kita akan menjadi BANGSA YANG PALING BERBAHAGIA...