Tuesday, December 21, 2010

hadiah dari lelaki tua sederhana

Sewaktu saya telah menyelesaikan kuliah di bali dan harus kembali ke kampung halaman, saya terkejut karna saya begitu banyak menerima hadiah dari sahabat-sahabat saya. Saya tidak menyangka mereka begitu mau repot-repotnya ditengah kesibukan mereka (ada yang kuliah dan ada yang kerja juga) masih menyempatkan diri untuk menyiapkan hadiah/ pemberian untuk saya. Saya kira kepulangan saya ke kampung halaman akan seperti biasa-biasa saja, diantar sampai bandara lalu say goodbye, selesai. Ternyata begitu penuh kejutan dan yang paling tidak saya sangka, sungguh saya amat tidak menyangka adalah...

Pada waktu itu ada seorang sahabat saya yang sedang kedatangan ayahnya dan menginap di kosnya, beberapa kali saya menginap disana sebagai acara menginap perpisahan, kira-kira bisa disebut begitu. Tidak banyak hal yang dipercakapkan dengan lelaki tua itu (ayah teman saya), hanya percakapan sehari-hari. Tapi saya tahu, ia adalah orang tua yang sederhana dan rendah hati, karna dari sikapnya sehari-hari menunjukkan hal tersebut, tidak ada sisi ingin menampakan diri bahwa ia orang tua yang harus dihormati.

Saat akan berangkat ke bandara sahabat saya memberikan selembar kertas dibungkus plastik transparant dari ayahnya. Saya sangat terkejut menerimanya, senang, bangga (karna saya belum pernah menerima hadiah dari orang tua lain, selain dari orang tua saya), tidak percaya dan bingung (apa isi dari kertas itu). Saya sengaja langsung memasukkannya kedalam tas, karna saya ingin membacanya dirumah dan inilah isi surat itu :

Untuk nak yuli :
“Jangan takut maju sekalipun pelan karena orang yang pincangpun tak pernah akan berjalan mundur” (Kahlil Gibran, penyair kristen dr Libanon)

AMBILLAH WAKTU

Ambillah waktu untuk berpikir,
Itu adalah sumber kekuatan,
Ambillah waktu untuk bermain,
Itu adalah rahasia dari
Masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk membaca
Itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk berdoa
Itu adalah kekuatan terbesar di bumi
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai
Itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat
Itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa
Itu adalah musik
Yang menggetarkan jiwa
Ambillah waktu untuk memberi
Itu adalah hari yang sangat singkat
Untuk kepentingan diri sendiri
Ambillah waktu untuk bekerja
Itu adalah nilai keberhasilan,
Ambillah waktu untuk beramal
Itu adalah kunci menuju sukses.

-pepatah tua Irlandia-

Surat yang sederhana tetapi amat tulus, tidak menggurui tetapi memotivasi saya, seakan-akan lelaki tua yang sederhana itu tau masa-masa seperti apa yang akan saya hadapi didepan nanti. Hadiah sederhana tetapi begitu bermakna dan sangat indah bagi saya. Hadiah dari lelaki tua yang sederhana, yang telah mengajarkan saya menghadapi hidup dengan cara yang sederhana.



Nb : terimakasih untuk om octa atas  hadiahnya yang slalu menguatkan saya dimasa ini dan di masa-masa nanti yang saya tidak tau seperti apa, tapi lewat hadiah om saya tau bagaimana menghadapi masa itu nantinya. Tuhan memberkati pelayanan om dan keluarga. Amin.



Saturday, December 18, 2010

malam minggu ala pengangguran


 
Duduk di depan meja belajar kayu ditemani notebook dan sahabat karibnya (modem) serta handphone disebelah kiri (standby kalo ada sms or telephone masuk, hampir mirip seperti operator), gelas teh yang sudah hampir habis isinya sambil mendengarkan lagu pelipur lara (king of convinience).
 
Mulai beraksi menghabiskan malam minggu ini ...
 
Tab pertama pada layar notebook adalah facebook (berguna sebagai obat penyemangat), tab kedua yahoo mail ( berguna sebagai sumber update informasi loker terbaru), tab ketiga google (berguna sebagai penambah kepintaran mengenai hal-hal yang diperlukan oleh sang pengangguran, misalnya kiat sukses wawancara, kiat sukses lulus physicotes dan kiat-kiat lainnya agar pekerjaan segera didapat), tab keempat twitter (untuk curhat lewat status yang ga butuh koment dari orang lain) dan tab kelima adalah blogspot (guna untuk menguatkan diri sendiri lewat tulisan sendiri yang dibaca sendiri dan untungnya ga niat buat kasih komen sendiri juga).
 
Duduk berganti-ganti posisi sambil membuka tutup tab-tab yang ada, kekamar kecil sebagai break dari sibuknya kegiatan malam ini, sampai pada akhirnya malam sudah larut, mata mulai lelah (sepet) dan sudah tidak tau lagi apa yang harus di cari pada dunia maya ini maka panggilan dari pulau kapuk pun semakin nyaring dan segera saja disambut dengan logout dari tab pertama, kedua dan seterusnya sampai men-shut down notebook tercinta, merapikan peralatan tempur (kabel-kabel, mouse, flashdisk dll) dan datang pada pelukan bantal (kegiatan terakhir seorang pengangguran menikmati malam minggunya).

Thursday, December 16, 2010

belum benar-benar mengenal

“Kita ga akan pernah benar-benar mengenal seseorang sebelum mengetahui kisah hidupnya”. Begitulah kesimpulan yang saya ambil dari kejadian hari ini.

Saya tidak ada rencana untuk keluar hari ini, hanya akan menjalankan rutinitas sehari-hari di rumah (karena saya sedang mencari pekerjaan). Entah kenapa saya ingin sekali menonton film di bioskop, mungkin juga karena sudah suntuk akut di rumah, lalu saya mengajak seorang teman saya untuk sama-sama menonton film karena biasanya saya pergi dengan dia, tetapi saya ingin sekali mengajak seorang teman yang juga teman lama saya dan selama saya pulang ke rumah saya belum pernah bertemu dengan dia dan selalu gagal bila janjian untuk ketemuan. Ternyata yang membalas sms saya terlebih dahulu adalah teman saya ini, yang sangat sulit sekali bertemu dengan dia.
Mumpung ada kesempatan, saya segera meluncur ketempat kami janjian, masih sama seperti yang dulu, bila kami ketemu...kami langsung saling mentertawakan satu sama lain...bukannya say hai atau berpelukan atau saling cium pipi kanan atau kiri seperti layakanya 2 wanita bila bertemu, kami hanya tertawa...tertawa dan tertawa..entah apa yang lucu, tapi kami begitu tertawa lepas...mungkin kami sama-sama berpikir...”gila...akhirnya ketemu juga ama nih orang”. Dia mengatakan bahwa wajah saya berubah !!!..Nah loh...saya tanya, apanya yang berubah?...dia bilang..”ga tau, muka lo beda aja...” dengan santai saya menjawab “iya, gw baru ganti casing”. Dan kami pun mulai larut berbincang-bincang dari yang paling ga penting sampai....
Sampai pada akhirnya, menuju ke sebuah perbicangan yang sejujurnya amat membuat saya terkejut. Dia mulai bercerita mengenai pacarnya yang dulu, yang saya juga tau kisahnya...tapi sebenarnya...saya belum benar-benar  tau...saya terus memperhatikan matanya saat berbicara, saya ingin melihat ekspresi sebenarnya dari yang ia katakan, matanya mulai berkaca-kaca, hampir meneteskan air mata dan saya mulai merasa “ada yang tidak beres”...
Dia menceritakan pengalaman buruknya, pengalaman yang benar-benar paling saya takuti atau mungkin yang paling tidak pernah diharapkan dari seorang wanita manapun, pengalaman yang akan memberi cap buruk pada si wanita tersebut bila hal itu terjadi dan pengalaman yang paling tidak  ingin dibagi kepada siapapun...saya tidak percaya bahwa hal itu terjadi pada sahabat saya sendiri, dia “dilecehkan” oleh pacarnya sendiri (mantan lbh tepatnya). Dalam hati saya amat sangat terkejut dan saya langsung berdoa “tolong kuatkan wanita ini,Tuhan”.
Dia yang begitu ceria dan cerewet, dia yang begitu narsis bahkan saya mengira dia tidak ada perubahan apa-apa, dia masih sama seperti sahabat yang dulu pernah saya kenal...ternyata..pernah melewati hal yang amat kelam dan buruk dan dia melalui itu sendirian, disaat masa-masa dia merasa diri kotor, masa-masa dia begitu membenci laki-laki yang dia cinta, laki-laki yang dia puja...masa-masa itu ia lalui seorang diri di tempat perantauannya dan baru sekarang ia menceritakannya pada orang lain selain dirinya sendiri...kepada saya, dada saya langsung sesak saat ia diam dan melihat matanya merah...saya hanya memegang lengannya dan mata saya pun berkaca-kaca...saya hanya mengatakan “lo,cewek kuat...gw ga nyangka lo ternyata cewek lebih kuat dari yang gw kira...”, dia menarik nafas memandang jauh dan dia mengatakan “itu udah gw lewatin,yul...”
Sekali lagi saya tlah melihat kekuatan seorang wanita dalam menjalani proses hidupnya, saya bukan dia dan dia bukan saya, tapi saya dan dia adalah wanita dan wanita memiliki ketangguhan yang amat sangat luar biasa dalam menanggung sesuatu...saat ia menyelesaikan masalahnya ia juga menolong orang lain...saat ia menanggung kesedihan ia juga menghibur orang lain...saat ia mengalami ketakutan ia juga tersenyum...

“Wanita bukan pendamping, tetapi penolong”.

monolog maria

Pada malam itu malaikat Gabriel mengunjungiku, ia mengucapkan salam padaku dan memanggilku ‘yang dikaruniai’, aku bertanya dalam hati apakah maksud dari perkataan itu, kemudian malaikat Gabriel mengatakan bahwa aku akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud dan Ia akan menjadi raja atas keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. Aku begitu takjub mendengarkan berita yang disampaikan oleh malaikat Gabriel pada waktu itu, tetapi ketika aku membawa anakku yang sangat kukasihi pada hari kedelapan setelah Ia lahir untuk diserahkan kepada Tuhan, aku bertemu dengan seorang bernama Simeon yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, ia mengatakan padaku ‘Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel  dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri…” aku tidak mengerti apa arti nubuat ini.
            Anak yang kulahirkan ini berlainan dengan semua anak yang lain, saat Ia berumur 12 tahun aku dan suamiku membawaNya ke Yerusalem pada hari raya paskah yang merupakan suatu perayaan tradisi orang Yahudi , pada perjalanan pulang aku tidak mendapati anakku bersama-sama dengan kami, maka kami mencariNya kemana-mana sampai kami mencarinya kembali ke Bait Allah dan kami menemukanNya sedang berbicara dengan ahli-ahli Taurat. Ia bertanya jawab dengan mereka, kami takjub akan kecerdasan-Nya dan kebijakasanaan-Nya yang luar biasa. Aku menghampiriNya dan berkata “Anakku, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Kemudian Ia menjawab “Mengapakah kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?.” Inilah pertama kali aku merasa ditusuk dengan perkataanNya, karena tidak ada seorang anak kecil yang pernah mengatakan hal semacam itu dan aku menyimpan semua perkara ini didalam hatiku.
            Sebagai seorang Ibu yang anaknya sedang tumbuh besar tidak mengetahui kapan hari di mana anaknya akan berkata : “Sekarang Aku harus pergi menuju kepada kota yang lain untuk menjalankan tugas Bapa-Ku yang di sorga.” Sampai pada saat Ia berumur yang ke 30 di masa tuaku, Ia berpamitan denganku untuk menjalankan tugas dari Bapa, aku merestui perjalananNya.
Semua kabar pelayananNya kuterima dan aku sangat merasa senang dan ingin sekali melihat pelayananNya yang agung dari pada Allah. Sampai saat kabar yang kudengar ini yang juga merupakan tusukan terbesar bagiku bahwa anakku akan disalibkan, Aku segera melakukan perjalanan dari Nazaret menuju ke Yerusalem tempat anakku berada. Semakin aku dekat dengan kota Yerusalem maka semakin dekat  kematianNya, aku berjalan dengan kaki yang amat berat, aku terus mendaki bukit Golgota, aku melihat jejak-jejak kakiNya ada tetesan darah diantaranya, hatiku begitu terluka. Ia yang kulahirkan, Ia yang kucintai dan amat kukasihi, Ia yang kurawat dan kupelihara sekarang diseluruh tubuh-Nya penuh dengan cacat dan darah  yang mengalir. Air mataku telah mengaburkan pandanganku, aku memandang dengan pucat ke atas salib, hatiku tertusuk lebih dalam lagi, aku tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya bisa membiarkan waktu dan kekejaman memeras hatiku. Siapakah ibu yang suka melihat jika anaknya dipaku di atas kayu salib? Siapakah ibu yang tidak mengharapkan anaknya berumur panjang? Ibu mana yang tidak mengharapkan agar anaknya sehat dan mengalami hari-hari yang indah?
Saat Ia memandangku, bayanganNya pada waktu kecil saat aku menggendongNya begitu terasa, saat Ia meminta air minum padaku, saat aku menyuapiNya makan dengan tanganku sendiri begitu segar dalam ingatanku, tetapi yang kulihat oleh mataku sekarang adalah Ia yang sudah begitu banyak menanggung hukuman sampai tetes-tetes darahNya keluar bagaikan keringat semakin membuat hatiku pedih, namun wajahNya tetap tenang seperti dulu. Ia melihat diriku begitu damai dan Ia berkata padaku : “Ibu, inilah, anakmu.” dan perkara yang kusimpan dalam hati selama ini terjawab sudah.


Thursday, December 9, 2010

tempat yang paling utama dan yang paling rendah

Scene 1
Tamu mulai berdatangan dan pagar ayu standby menyambut dengan ramah para tamu dan mengantar masuk serta mempersilahkan duduk.
Kemudian masuklah tamu yang sombong...dan menghampiri pagar ayu dengan gaya angkuh.

Pagar ayu 1          : “Selamat malam bpk/ibu....(sambil memberikan buku tamu yang harus diisi oleh para tamu dan tamu (-) mulai mengisi buku tsb) maaf sebelumnya VIP atau bukan? Mari saya antar...” (mulai berjalan dengan tamu sambil mempersilahkan).
Tamu (suami)       : (Dengan wajah angkuh) “Saya ini kenal dekat dengan pemilik pesta ini, pasti saya dan istri saya itu sudah seharusnya duduk di kursi VIP.
Pagar ayu 1          : “ Baiklah kalau begitu, mari silahkan bpk/ibu...”
Tamu (istri)          : “ Panggil kami, tuan dan nyonya. Kami ini bukan bpk/ibu kamu”.
Pagar Ayu 1        : “ Oh...maaf, silahkan tuan dan nyonya”. (dengan ekspresi tulus dan ramah sambil mempersilahkan dudukpada tamu yang sombong di kursi VIP). “Pesta akan dimulai 15 menit lagi. Jika tuan dan nyonya perlu bantuan silahkan memanggil saya, terimakasih”. (berjalan mengundurkan diri)
Tamu (pasutri)     : (dengan wajah angkuh tidak menghiraukan perkataan si pagar ayu)

Scene 2
Tamu yang lain masih berdatangan dan kursi hampir penuh, tertinggal 2 kursi lagi barisan paling belakang yang belum terisi.
Datanglah sepasang suami istri dengan pakaian yang amat sederhana bahkan bisa dibilang lusuh tetapi rapih dan berwibawa, menghampiri barisan pagar ayu.

Pagar ayu 2       : (Tersenyum ramah) “Selamat malam tuan dan nyonya, ada yang bisa saya bantu?”
Tamu (suami)    : (Dengan ekspresi sungkan dan malu tetapi ramah) “Maaf nona, panggil kami bapak dan ibu saja. Tidak biasa kami dipanggil begitu”. (sambil senyum-senyum). “ Kami kesini untuk menghadiri pesta ini”.
Pagar ayu 2       : “Oh...maaf, baiklah bpk/ibu”. (sambil tersenyum ramah) “Silahkan mengisi buku tamu terlebih dahulu, kemudian nanti saya antar”. (pasutri mulai mengisi buku tamu) “Pesta sebentar lagi dimulai dan kebetulan sekali kursi tinggal 2 saja, cukup untuk bapak dan ibu”. (sambil berjalan dan mempersilahkan)
Tamu (istri)        : “ Oh...puji Tuhan..(sambil tersenyum bahagia dan saling melihat), kami masih mendapatkan tempat duduk untuk menikmati pesta malam ini. Terimakasih nona”.
Pagar ayu 2       : “Sama-sama ibu. Mari silahkan...”.(dengan ekspresi ramah)

Berjalan menuju kursi paling belakang...
Pagar ayu 2       : (mempersilahakan duduk) “Pesta akan segera dimulai beberapa menit lagi. Jika bpk/ibu memerlukan bantuan silahkan memanggil saya”. (tersenyum ramah)
Tamu (suami)    : “iya...terimakasih”. (senyum berwibawa dan rendah hati)

Lampu diarea ini redup dan spotlight mengarah ke meja pagar ayu...

Scene 3

Panitia             : (menghampiri barisan pagar ayu) “Apakah kursi sudah terisi semua?”
Pagar ayu 1     : “ Sudah pak...sudah semua”. (sambil tersenyum ramah)
Panitia             : “Baiklah, hhmmm....apakah tuan Yusuf dan nyonya Maria sudah datang? Mereka tamu penting malam ini.
Pagar ayu 1     : “Sebentar saya cek di buku tamu dulu pak...(membolak-balik kertas buku tau)...maaf pak, ada kesalahan...tuan Yusuf dan nyonya Maria sudah datang dan mereka ada dikursi paling belakang, mari saya antar”. (sambil mempersilahkan).
Panitia             : (ekspresi sedikit terkejut dan bingung) “ya...(sambil berjalan) pesta ini tidak akan dimulai tanpa mereka. Inikan pesta anak mereka sendiri”. “Siapa yang menduduki kursi mereka di tempat VIP?”
Pagar ayu        : (ekspresi mengingat-ingat) “Oh...ada sepasang suami istri yang mengatakan mereka kenal dekat dengan pemilik pesta ini,pak”.
Panitia             : “Hmmm...mari kita selesaikan masalah ini”.

Berjalan menuju kursi depan dan menghampiri tamu yang sombong...

Panitia             : (pagar ayu kembali ke belakang, tempat meja tamu) “Maaf bpk/ibu, tempat ini sudah disediakan untuk tamu VIP kami, yaitu tuan Yusuf dan nyonya Maria. Apakah bpk/ibu bernama tuan Yusuf dan nyonya Maria?” (dengan santun dan hormat)

Para tamu yang lain mulai melihat-lihat dari tempat duduk mereka masing-masing.

Tamu (suami)  : “Hmm...anda siapa ya? Saya dan istri saya memang bukan bpk Yusuf dan ibu...ibu ....siapa namanya itu... (dengan gaya angkuh). “Tapi saya kenal dekat dengan pemilik pesta malam ini, saya dan istri saya pasti jadi VIP malam ini.
Panitia             : “Saya Petrus, Kordinator panitia pesta malam ini. Maaf bpk/ibu, semua tamu VIP malam ini memiliki undangan berwarna emas. Apakah bpk/ibu memilikinya?dan membawanya?”. ”Sebab jika tidak, itu berarti kursi bpk/ibu bukan disini’. (dengan sikap hormat tetapi tegas)

Tamu (istri)     : (memeriksa tas dan mengambil sebuah undangan) “Oo...kami tidak memiliki undangan berwarna emas, tapi berwarna kuning”. (memberikan undangan dengan angkuh kepada panitia).
Panitia             : (sambil memeriksa undangan). Maaf sekali lagi bpk/ibu, silahkan pindah ke kursi paling belakang karena bagi tamu yang memiliki kartu berwarna kuning duduk di barisan paling belakang. Pesta akan segera dimulai. Mari saya antar... (dengan sikap tegas dan hormat).

Para tamu yang lain mulai saling menanyakan apa yang sedang terjadi...

Tamu               : (berdiri dengan sungkan dan wajah malu, lalu berjalan degan tertunduk ke kursi paling belakang ditemani oleh panitia).

Scene 4

Panitia             : (Dengan sikap hormat dan ramah berbicara dengan tamu yang rendah hati) “Selamat malam tuan dan nyonya. Saya petrus, ingin memberitahukan bahwa kursi untuk tuan dan nyonya ada dibarisan paling depan dan tempat sudah disedikan. Mari saya antar...(sambil mempersilahkan)
Tamu (suami)  : (dengan wajah tenang dan ramah) “Oh begitu...(melihat kearah istri) mari bu, pesta sudah mau dimulai dan tempat kita sudah disediakan oleh tuan Petrus ini (melihat ke arah panitia dan tersenyum, sambil menggang istrinya untuk berdiri). Terimakasih tuan Petrus (dengan senyum berwibawa dan hormat).
Panitia             : (mengangguk dengan hormat) ”Mari tuan dan nyonya...” (kemudian berkata kepada tamu yang sombong dengan sopan) “Silahkan bpk/ibu duduk disini”. 

Panitia berjalan lamabat mengantar Yusuf dan Maria duduk di kursi paling depan...


-END-

Wednesday, December 1, 2010

esok saya mau apa


Waktu saya menghadapi kelulusan dari bangku kuliah sangat senang rasanya, merasa jadi orang berarti, merasa lega, merasa telah menjadi orang yang bertanggung jawab, merasa menjadi seorang yang profesional di bidangnya, merasa...merasa...merasa semua yang membahagiakan...
Tiga minggu kemudian saya harus kembali ke tempat asal, semua urusan dengan kampus sudah lunas...tidak ada hutang tanggung jawab lagi. Saya pun pulang ke kampung halaman, senang akan bertemu dengan keluarga lengkap. Menjadi anak rumahan, bukan anak kos lagi...tidak perlu memikirkan uang kiriman, tidak perlu memikirkan besok mau makan apa?masak sendiri atau beli nasi bungkus? Tidak perlu memikirkan bayaran uang kos, cucian, listrik dan air, semua beban hidup sebagai anak kos hilang seketika.
Bulan pertama bagaikan bulan madu dalam hidup saya, jalan-jalan (walaupun hanya dari 1 mal ke mal lainnya), bertemu dengan teman lama, nonton, santai di rumah, dll. Ahh...nikmat nian hidup ini...seperti tidak ada yang harus dikejar, tidak ada yang harus dipikirkan, tidak ada tuntutan hidup, semua aman...nyaman...tentram.
Sampai saat saya melihat adik saya bergumul mengenai kuliahnya, dia begitu pusing memikirkan bagaiaman nasib studinya, saya melihat adik saya yang paling kecil masih sangat anak-anak yang masih sangat panjang perjalanan hidupnya, saya melihat wajah orang tua saya yang semakin tua dan rambut semakin putih saja...saya jadi berpikir...mereka semua ini siapa yang harus memikirkannya?...apa diri masing-masing?...semuanya itu adalah bagian saya.
Ternyata banyak sekali hal yang harus saya pikirkan dan kerjakan, banyak hal yang menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang anak dan seorang kaka, belum lagi tanggung jawab pribadi...Waktu terus berjalan rupanya, menuntut pencapaian yang harus dilaksanakan...menuntut pembuktian pada hidup...menuntut integritas sebagai seorang manusia.
Maka saya mulai menuliskan umur saya, menuliskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan hal-hal yang harus saya capai, menuliskan bagaimana caranya, apa kendala yang mungkin terjadi, hasil seperti apa yang nanti akan saya dapat kira-kira. Ternyata semua itu...perlu tindakan real...perlu prioritas...perlu tingkat urgent...dan harus segera dilaksanakan !!!...
Mulainya dari kapan?dari mana?bagaimana?....dari esok pagi ketika saya bangun, saya harus segera mengerjakan bagian saya...mau apa saya esok hari?...pertanyaan yang sederhana yang pasti juga dialami oleh orang-orang di luar sana...dari orang sehat sampai orang sakit parah, dari orang kaya raya sampai miskin raya (miskin rame2), dari jabatan paling tinggi sampai yang tidak punya jabatan apa-apa...semua mendapatkan pertanyaan yang sama dalam hidupnya. “Esok saya mau apa?”