Thursday, December 16, 2010

monolog maria

Pada malam itu malaikat Gabriel mengunjungiku, ia mengucapkan salam padaku dan memanggilku ‘yang dikaruniai’, aku bertanya dalam hati apakah maksud dari perkataan itu, kemudian malaikat Gabriel mengatakan bahwa aku akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud dan Ia akan menjadi raja atas keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. Aku begitu takjub mendengarkan berita yang disampaikan oleh malaikat Gabriel pada waktu itu, tetapi ketika aku membawa anakku yang sangat kukasihi pada hari kedelapan setelah Ia lahir untuk diserahkan kepada Tuhan, aku bertemu dengan seorang bernama Simeon yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, ia mengatakan padaku ‘Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel  dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri…” aku tidak mengerti apa arti nubuat ini.
            Anak yang kulahirkan ini berlainan dengan semua anak yang lain, saat Ia berumur 12 tahun aku dan suamiku membawaNya ke Yerusalem pada hari raya paskah yang merupakan suatu perayaan tradisi orang Yahudi , pada perjalanan pulang aku tidak mendapati anakku bersama-sama dengan kami, maka kami mencariNya kemana-mana sampai kami mencarinya kembali ke Bait Allah dan kami menemukanNya sedang berbicara dengan ahli-ahli Taurat. Ia bertanya jawab dengan mereka, kami takjub akan kecerdasan-Nya dan kebijakasanaan-Nya yang luar biasa. Aku menghampiriNya dan berkata “Anakku, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Kemudian Ia menjawab “Mengapakah kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?.” Inilah pertama kali aku merasa ditusuk dengan perkataanNya, karena tidak ada seorang anak kecil yang pernah mengatakan hal semacam itu dan aku menyimpan semua perkara ini didalam hatiku.
            Sebagai seorang Ibu yang anaknya sedang tumbuh besar tidak mengetahui kapan hari di mana anaknya akan berkata : “Sekarang Aku harus pergi menuju kepada kota yang lain untuk menjalankan tugas Bapa-Ku yang di sorga.” Sampai pada saat Ia berumur yang ke 30 di masa tuaku, Ia berpamitan denganku untuk menjalankan tugas dari Bapa, aku merestui perjalananNya.
Semua kabar pelayananNya kuterima dan aku sangat merasa senang dan ingin sekali melihat pelayananNya yang agung dari pada Allah. Sampai saat kabar yang kudengar ini yang juga merupakan tusukan terbesar bagiku bahwa anakku akan disalibkan, Aku segera melakukan perjalanan dari Nazaret menuju ke Yerusalem tempat anakku berada. Semakin aku dekat dengan kota Yerusalem maka semakin dekat  kematianNya, aku berjalan dengan kaki yang amat berat, aku terus mendaki bukit Golgota, aku melihat jejak-jejak kakiNya ada tetesan darah diantaranya, hatiku begitu terluka. Ia yang kulahirkan, Ia yang kucintai dan amat kukasihi, Ia yang kurawat dan kupelihara sekarang diseluruh tubuh-Nya penuh dengan cacat dan darah  yang mengalir. Air mataku telah mengaburkan pandanganku, aku memandang dengan pucat ke atas salib, hatiku tertusuk lebih dalam lagi, aku tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya bisa membiarkan waktu dan kekejaman memeras hatiku. Siapakah ibu yang suka melihat jika anaknya dipaku di atas kayu salib? Siapakah ibu yang tidak mengharapkan anaknya berumur panjang? Ibu mana yang tidak mengharapkan agar anaknya sehat dan mengalami hari-hari yang indah?
Saat Ia memandangku, bayanganNya pada waktu kecil saat aku menggendongNya begitu terasa, saat Ia meminta air minum padaku, saat aku menyuapiNya makan dengan tanganku sendiri begitu segar dalam ingatanku, tetapi yang kulihat oleh mataku sekarang adalah Ia yang sudah begitu banyak menanggung hukuman sampai tetes-tetes darahNya keluar bagaikan keringat semakin membuat hatiku pedih, namun wajahNya tetap tenang seperti dulu. Ia melihat diriku begitu damai dan Ia berkata padaku : “Ibu, inilah, anakmu.” dan perkara yang kusimpan dalam hati selama ini terjawab sudah.


No comments: