Thursday, July 16, 2015

Penanjakan

Traveling sekarang sudah jadi gaya hidup orang Indonesia banget ya sekarang ini…mungkin saya salah satu orang yang ikut latah juga tapi masih kelas “cemen-lah” kalau bisa dibilang :D Tapi cerita saya kali ini bukan mau bahas keindahan atau sesuatu yang wah banget sih, jadi begini…menurut pemikiran saya dan saya merasa *sok pede* bahwa saya itu tipe orang yang lebih mencintai gunung dibanding mencintai pantai tapi ya mosok seumur hidup belum pernah naik gunung diumur yang sudah sematang ini, dulu pernah baca artikel bahwa untuk semua jenis trip ada batas umurnya (kok kaya melamar pekerjaan ya..pakai batas umur segala). Intinya ada beberapa trip yang memerlukan kekuatan fisik yang belum tentu semua umur bisa salah satunya naik gunung.

Naik gunung kesannya itu adventure banget kan ya, inget film 5cm?..temanya mengenai naik gunung.Difilm itu digambarkan bahwa pendakian benar-benar memerlukan kondisi fisik yang kuat, nah..walaupun memang trip saya kali ini bukan pendakian tetapi penanjakan mungkin terlihat lebih ringan perjalanannya dibanding pendakian, tapi menurut saya sama-sama memerlukan kekuatan fisik juga. Selain dikarenakan kondisi fisik yang masih masa pemulihan sehabis sakit diare maka penanjakan yang dimulai dari jam 2 pagi bukan perkara mudah bagi saya pribadi, waktu itu penanjakan dilakukan demi melihat sinar matahari disebuah bukit dan sekaligus bisa melihat gunung bromo dari atas. Singkat cerita saya dan teman-teman berhasil menyelesaikan penanjakan tersebut, setelah berada diatas ketinggian saya memisahkan diri dari kelompok karena sangat lelah dan kedinginan sekali jadi mencari tempat untuk duduk beristirahat, saat itu saya sangat mengantuk berat antara sadar dan tidak sadar karena kondisi diatas sangat dingin saya pun memutuskan untuk memejamkan mata sejenak tapi semakin lama semakin dalam saya tertidur dan hampir tidak sadarkan diri, sebagian diri saya ingin terbangun tapi sebagian lagi ingin terlelap, mata saya sangat sulit untuk dibuka saya kemudian saya terkejut ada yang menepuk pundak saya berkali-kali sambil berbicara dalam bahasa asing sehingga saya tersadar dan berhasil membuka mata, saya langsung memaksa diri untuk segera bangkit berdiri dan ternyata yang membangunkan saya seorang gadis dan ibunya yang meminta bantuan saya untuk memotret mereka dengan pemandangan gunung bromo sebagai latarbelakang saya pun segera melakukan yang mereka minta. Setelah itu mereka berdua berbincang kembali dalam bahasa thailand. 

Segera saya berlari ke ara teman-teman saya berkumpul dan melihat sunrise bersama, dalam hati kecil saya, saya sangat berterimakasih kepada turis asing itu telah membangunkan saya sehingga saya tersadar kembali dan lebih berterimakasih lagi kepada Tuhan yang masih memberikan saya nafas kehidupan setelah penanjakan plus pemandangan indah melihat matahari pagi. Sungguh hidup adalah karunia terbesarNya, pelajaran moral yang sangat berharga yang saya dapat dari penanjakan tersebut yaitu bahwa hidup adalah milikNya dan matipun milikNya. Saat saya kembali membayangkan kejadian singkat dibukit itu saya mengingat alm. bapak saya, ketika beliau berjuang pada saat-saat nafas terakhirnya dan saat itu juga saya berjanji pada diri saya bahwa saya akan melakukan apa yang saya inginkan dan memperjuangkan apa yang saya cita-citakan selama saya hidup. Ketika perjalanan dalam penanjakan hidup, ingatlah bahwa pemandangan diatas selalu paling indah.

No comments: